Memberi dan Kebahagian
Terakhir diperbarui pada Juli 8, 2024 jam 12:39 AMPersepsi orang mungkin memiliki kecenderungan bahwa hanya mereka yang mampu secara finansial yang bisa memberi. Tetapi harus diingat bawa memberi dimulia dari kemauan pribadi atau dari hati, suatu hal yang dimiliki setiap manusia terlepas dari status finansial mereka. Selama yang diberikan itu merupakan kebaikan bisa dalam bentuk materi atau jasa, semua itu memberikan dampak positif dan perbedaan pada kehidupan penerimanya. Penting juga bahwa pemberian itu harus diberikan tanpa syarat atau tanpa mengharapkan timbal balik dari penerima.
Kita entu sering mendengar sebuah pepatah klasik yang berbunyi “Lebih baik memberi daripada menerima.” Tapi apakah kita percaya akan hal itu? Kita mungkin cenderung senang kalau kita menerima hadiah dari kerabat kita, entah itu dari keluarga atau teman dekat. Hadiah yang kita terima menyenangkan hati kita. Tetapi penelitian membuktikan bahwa memang ada benarnya pada pepatah klasik itu. Menerima pemberian memang membuat kita senang, namun memberi jauh lebih membahagiakan.
Terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan hubungan otak antara memberi dan kebahagian. Penelitian ini berusaha mencari informasi apakah memberi dapat membuat orang lebih bahagia. Kelompok partisipan penelitian diberi tahu bahwa mereka menerima uang yang harus mereka belanjakan untuk orang lain. Kelompok partisipan peneletian lainnya diberi tahu bahwa mereka diharuskan membelanjakan uang itu untuk diri mereka sendiri. Kedua kelompok diminta membayangkan bagaimana mereka akan membelanjakan uang ketika mereka menerimanya. Setelah melakukan tes MRI dan beberapa tes lainnya. Para peneliti menemukan bahwa kemurahan hati meningkatkan tingkat kebahagiaan partisipan penelitian yang diminta membayangkan uang yang mereka terima dibelanjakan untuk orang lain terlepas dari siapa penerima atau jumlah uang yang diterimanya.
Menurut teori self-determination, dalam mencapai kesejahteraan psikologis yang optimal, manusia tergantung pada pemenuhan tiga kebutuhan dasar yaitu keterkaitan, kompetensi, dan otonomi. Penelitian tentang hubungan antara membelanjakan uang untuk orang lain dan kebahagiaan menyarankan bahwa membantu orang lain dapat memenuhi kebutuhan ini dan menghasilkan kebahagiaan. Orang bahagia ketika mereka memberi diikuti dengan hubungan sosial (keterkaitan), tidak hanya ketika membeli hadiah untuk seorang tetapi juga bisa menghabiskan waktu dengan teman saat dia menikmatinya; ketika mereka diberikan informasi eksplisit tentang bagaimana pemberiannya digunakan (kompetensi); dan kapan mereka bebas memilih berapa yang akan diberikan (otonomi).
Kemurahan hati dapat mempengaruhi kebahagiaan. Orang yang rutin membantu orang lain, melakukan tindakan kebaikan, sukarela, atau menyumbang untuk amal dapat memiliki reputasi positif yang pada gilirannya dapat menyebabkan orang lain membalasnya dengan lebih banyak kemurahan hati, penghargaan, dan rasa syukur. Memberi juga secara tidak langsung membuat panjang usia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari sampel representatif 1.211 orang Amerika usia 65 tahun ditemukannya perilaku membantu orang lain, dermawan dan kerelawannan dikaitkan dengan usia yang lebih panjang.