Berpikir positif merupakan sikap mental dari dalam diri sendiri untuk menghadapi kondisi yang dialami yang berupa pemikiran logis dari perbuatannya sendiri. Berpikir secara positif akan menimbulkan semangat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dan ini merupakan hal yang baik. Tetapi ada kalanya kata-kata semangat itu akan berubah menjadi racun yang justru akan berdampak buruk bagi kesehatan mental. Kondisi ini dikenal dengan toxic positivy dimana perilaku yang menuntut diri sendiri maupun orang lain agar selalu berpikir positif walaupun sedang berada disituasi yang buruk.

Toxic positivy jika dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang berkepanjangan akan menimbulkan stres, depresi, gangguan cemas (anxiety disorder), dan gangguan mental lainnya.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang toxic positivy simaklah penjelasan berikut ini:

Apa itu Toxic Positivy?

Toxic positivy adalah perilaku seseorang yang mendorong untuk terus berpikir positif, hingga mengesampingkan emosi negatif seperti sedih, kecewa, dan takut, walaupun dalam keadaan buruk. Dalam hal ini jika seseorang terus menerus menekan emosi buruk yang akan keluar hal akan menyebabkan stres berlebihan dan membuat orang tersebut tidak bisa rileks.
Ada beberapa hal yang menandakan seseorang sedang terjebak di dalam toxic positivity, antara lain:

• Menanamkan pikiran selalu melihat sisi positif ada segala sesuatu ke diri sendiri setiap mengalami keadaan buruk.

• Merasa bersalah ketika merasakan atau mengungkapkan emosi negatif.

• Menuntut diri sendiri untuk terus mendapatkan pencapaian baru tanpa memikirkan kesulitan yang mungkin akan dihadapi.

Ciri-ciri dari Toxic Positivy
Perilaku toxic pisitivy sering kali tidak disadari oleh orang yang terjebak dalam situasi ini. Perilaku ini muncul biasanya dari ucapan-ucapan seseorang, yang niatnya memotivasi, tetapi rupanya justru terdengar merendahkan atau berdampak buruk bagi orang lain. Oleh sebab itu, maka penting untuk mengenal ciri-ciri toxic positivity agar dapat menghindari perilaku buruk ini.

Ciri-ciri perilaku toxic positivy antara lain:

• Tidak jujur terhadap perasaan diri sendiri, menyembunyikan perasaan yang sebenarnya sedang dirasakan.

• Menghindari masalah yang sedang dialami.

• Akan merasa bersalah bila mengeluarkan emosi negatif.

• Mencoba memberikan semangat kepada orang lain, tapi sering disertai dengan penyataan yang seolah meremehkan, misalnya “jangan mudah menyerah terus semangat masa gitu aja ga bisa sih”.

• Menghakimi orang lain yang meluapkan emosi negatif.

Cara menghindari toxic positivy

Cara menghindari toxic positivy adalah dengan menerima kondisi emosi yang dirasakan oleh diri sendiri maupun orang lain. Ada beberapa tips untuk menghindari toxic positivy diantaranya:

  1. Berusaha memahami tanpa menghakimi
    Perasaan negatif yang dirasakan oleh diri sendiri maupun orang lain bisa timbul dari berbagai permasalahan seperti stres pekerjaan, keluarga, finansial, atau gangguan mental tertentu. Oleh karena itu, coba untuk memahami perasaan tersebut dan temukan cara yang tepat untuk melepaskannya.
    Jika hal tersebut terjadi kepada teman kita, biarkan dia meluapkan emosi yang sedang dirasakan. Kita dapat mendengarkannya dengan sebaik mungkin tanpa menghakiminya.
  2. Hindari membandingkan masalah
    Setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda dan tantangan yang berbeda pula. Apa yang dianggap kita mudah dan tidak sulit itu tentunya berbeda dengan yang dialami orang lain begitu pun sebaliknya. Dari pada kita membandingkan diri sendiri dengan orang lain, lebih baik berusaha memahami dan menghibur diri agar kondisi dan perasaanmu kembali pulih.
  3. Menerima dan mengelola emosi negatif yang dirasakan
    Emosi negatif yang dirasakan bukanlah hal yang perlu disangkal, terlalu berlarut-larut dalam emosi negatif memanglah tidak baik. Namun tetap perlu menerima perasaan negatif tersebut agar tidak terjebak dalam perilaku toxic positivity.
    Untuk meluapkan perasaan agar tidak menjadi toxic positivity cobalah bercerita dan ungkapkan keluh kesahmu pada seseorang yang kamu percaya dan bisa memahami perasaanmu. Jika tidak nyaman dengan hal tersebut bisa mengungkapkan perasaan melalui tulisan dengan menulis dalam buku harian.

Dari ulasan diatas toxic positivy ini sebaiknya dihindari agar tidak memengaruhi kesehatan mental. Dan ingatlah bahwa meluapkan emosi negatif itu tidak mengapa, tidak perlu menyangkal kesedihan dan berpura-pura selalu bahagia. Karena hal tersebut bisa menyebabkan kita masuk dalam sikap toxic positivy dimana ini akan menjadi sumber toxic positivy juga bagi orang lain.